Minggu, 14 Agustus 2011

Diagnosis Kesulitan Belajar


MATERI IV


A.  Pengertian diagnose kesulitan belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai :
a.       Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b.      Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c.       Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.



B.     Kedudukan diagnosis kesulitan belajar dalam pembelajaran
Sistem penilaian berbasis kompetensi yang direncanakan dalam kurikulum KTSP adalah sistem penilaian yang bekelanjutan dan sistem penilaian akhir (Dirjen Dikdasmen dalam Sukmara, 2007:174). Dalam sistem berkelanjutan, seluruh indikator dibuat soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Hasil analisis ujian digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan berupa program remedial. Apabila sebagian besar siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, maka dilakukan lagi proses pembelajaran, sedang yang telah menguasai kompetensi dasar tertentu diberi tugas untuk pengayaan.
Menurut Sukmara (2007 : 175) sistem penilaian berkelanjutan, dicirikan dengan adanya tindak lanjut dari hasil pengujian, yakni :
1.      Remedial, diperuntukan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal
2.      Pengayaan, untuk siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal.
3.      Percepatan, yakni bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan maksimum.

Demikian juga, evaluasi sebagai salah satu komponen proses kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum merupakan umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu fungsi evaluasi dipergunakan untuk pelaksanaan program pengajaran remedial bila tujuan program pengajaran tidak tercapai.
Dengan melihat uraian di atas maka pengajaran remedial atau remedial teachingmemegang peranan, khususnya dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan dan merupakan bagian program yang tak terpisahkan dari program pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Ahmadi & Supriyono (2004:150), pengajaran remedial perlu dikuasai setidak-tidaknya dikenal oleh guru mata pelajaran maupun guru BK di setiap satuan pendidikan.

Adalah hambatan/ gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.
Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neorubioligis ) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung. Anak-anak disekolah pada umumnya memiliki karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun social-emosional.
Oleh karena itu mereka juga akan mengalami persoalan belajarnya mesing-masing secara individu, dan akan mengalami berbagai jenis kesulitan belajar yang berbeda pula., sesuai dengan karakteristik dan potensinya masing-masing. Kali ini kita akan membahas masalah kesulitan belajar siswa secara umum.

D.      Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Jenis-jenis Kesulitan Belajar Darsono (2000:41) dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran menyatakan terdapat beberapa jenis-jenis kesulitan belajar di antaranya :
1). Learning Disorder
Mengandung makna suatu proses belajar yang terganggu karena adanya respon-respon tertentu yang bertentangan atau tidak sesuai. Gejala semacam ini kemungkinan dialami oleh siswa yang kurang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu, tetapi harus mempelajari karena tuntutan kurikulum. Kondisi semacam ini menimbulkan berbagai gangguan seperti berkurangnya intensitas kegiatan-kegiatan belajar atau bahkan mogok belajar.
2). Learning Disability
Kesulitan ini berupa ketidakmampuan belajar karena berbagai sebab. Siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya. Penyebabnya beraneka ragam, mungkin akibat perhatian dan dorongan orang tua yang kurang mendukung atau masalah emosional dan mental.
3). Learning Disfunction
Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga terjadi gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya. Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan.
4). Slow Learner atau siswa lamban
Siswa semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat atau dapat dikatakan proses perkembangannya lambat. Siswa tidak mampu menyelesaikan pelajaran atau tugas-tugas belajar dalam batas waktu yang sudah ditetapkan. Mereka membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang normal.
5). Under Achiever
Siswa semacam ini memiliki hasrat belajar rendah di bawah potensi yang ada padanya. Kecerdasannya tergolong normal, tetapi karena sesuatu hal, proses belajarnya terganggu sehingga prestasi belajar yang diperolehnya tidak sesuai dengan kemampuan potensial yang dimilikinya.

E.     Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
  1. Meneliti faktor internal misalnya :
(a) Apakah ada kelemahan dalam aspek mental seperti kecerdasan, bakat tidak sesuai?
(b) Apakah ada gangguan fisik seperti gangguan pancaindera, syaraf, cacat jasmani?
(c) Apakah sikap dan kebiasaan belajarnya salah?
2. Meneliti faktor eksternal misalnya :
(a) Apakah sarana dan fasilitas belajar tidak lengkap?
(b) Apakah situasi rumah kurang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar?
(c) Apakah beban belajar terlalu berat?
(d) Apakah situasi belajar mengajar kurang bisa merangsang siswa untuk aktif? dan sebagainya.
Selanjutnya untuk memperpleh keterangan yang kita perlukan kita dapat melakukan wawancara kepada siswa, guru, wali kelas atau orang tua. Selain itu, juga dapat dilakukan pengamatan atau observasi kepada siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Apabila ingin mengungkap kemampuan siswa, dapat dipergunakan alat tes dengan bantuan para ahlinya atau lembaga psikologi.

F.     Langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar dan Penanganannya
Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menerima materi yang diajarkan oleh seorang guru. Guru hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan mengatasi kesulitan belajar siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut. Dan jika tingkat kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi maka tidak ada salahnya kita meminta bantuan guru lain atau guru yang berkompeten dalam hal ini dan ini biasanya guru bimbingan dan penyuluhan.
Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru antara lain
yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
3. Mewawancarai orang tua/ wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

4 komentar:

laman baca mengatakan...

wah lengkap banget... thanks infonya, salam kenal, dan mengajak tuker link?

Kesulitan belajar mengatakan...

Kesulitan belajar itu tidak dapat di ketahui secara pasti bagi seorang ahli sekalipun. Metode untuk mengidentifikasi kesulitan belajar itu dapat dilakukan dengan wawancara, observasi, kuesioner, sekala sikap, tes serta pemeriksaan secara medis

mala mengatakan...

trimakasih bro, ane ikut copye yeee
artikel ente membantu bauaaangeetttt

wizil afandi mengatakan...

referensinya tolong dicantumkan dong.. thanks

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates