Rabu, 23 Februari 2011

dj cars

Selasa, 22 Februari 2011

TEKNIK BERBICARA DI DEPAN UMUM



Bagi sebagian orang, berbicara di depan umum atau presentasi seringkali menjadi hal yang sulit dilakukan. Merasa malu, minder, kurang percaya diri, takut ditertawakan, atau merasa belum layak, adalah alasan yang membuat banyak kesempatan “tampil” lewat begitu saja dan diambil oleh orang lain.
Untuk mengatasi hal tersebut, anda dapat mencoba teknik-teknik berikut:  Pertama, sebelum tampil di depan umum, persiapkanlah segala macam bahan untuk presentasi. Rincilah bahan-bahan apa saja yang akan dibicarakan. Bahan presentasi sebaiknya singkat, padat, dan jelas. Untuk memudahkan anda, tulislah rincian bahan tersebut pada selembar kertas sehingga anda akan lebih mudah mengingatnya.
Kedua, persiapkanlah penampilan anda sebelum tampil di depan umum. Ingat, penampilan yang baik dan rapi akan membuat rasa percaya diri anda muncul. Perhatikan penampilan anda mulai dari dbawah hingga ke atas. Usahakan agar sepatu anda bersih dan mengkilat. Celana dan kemeja pastikan warnanya selaras dengan dasi dan jas. Sisirlah rambut hingga rapi dan sopan, dan jangan lupa menggunakan parfum yang tepat. Ini merupakan faktor penting yang akan membuat anda lebih percaya diri saat berbicara.
Ketiga, berlatihlah dengan cara berbicara di depan kaca atau berbicara dengan pasangan, saudara, atau orang dekat anda. Selain itu, jangan lupa siapkan intonasi, gaya bahasa, dan susunan kata yang baik. lalu, mintalah agar mereka menilai penampilan anda.
Keempat, mengevaluasi diri anda setelah latihan. Salah satu caranya adalah dengan merekam suara anda melalui telepon genggam, atau alat perekam lainnya. Dengan cara ini, anda jadi tahu di bagian mana yang menjadi kelebihan dan kekurangan anda tersebut.
Kelima, perhatikanlah gaya serta cara berbicara dari seorang tokoh yang dapat anda jadikan panutan. Tirulah segala macam hal positif dari tokoh tersebut. Namun, satu hal harus diingat, anda harus tetap menjadi diri anda sendiri. Tonjolkanlah karakter anda dalam berbicara, sehingga para pendengar terkagum-kagum dengan cara anda berbicara di depan umum.
Keenam, siapkanlah mental positif bahwa anda bisa melakukannya walaupun untuk yang pertama kalinya. Tanamkanlah sikap percaya diri dan berpikiran positif. yakinlah bahwa anda mempunyai kemampuan yang baik untuk dapat berbicara di depan umum.

KEGUNAAN MADIA PENGAJARAN



A. Kelebihan Media Pengajaran
Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada dibalik realitas. Karena itu, media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran (Fathurrohman, 2001 : 91).

Proses belajar mengajar dengan menggunakan media pengajaran sebagai alat bantu tentu mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan proses belajar mengajar tanpa menggunakan alat bantu apapun. Kelebihan penggunaan media pengajaran adalah (Arsyad, 2004 : 26) :
1. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
a. Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di rung kelas dapat diganti dengan gambar foto, slide, realita, film, radio, atau model.
b. Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.
c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal.
d. Obyek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara kongkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.
e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.
f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
4. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

B. Cara Memilih Media Pengajaran yang Tepat
Secara umum proses belajar mengajar dengan menggunakan media pengajaran sebagai alat bantu tentu mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan proses belajar mengajar tanpa menggunakan alat bantu apapun, sebagaimana telah diuraikan di atas. Akan tetapi tidak setiap jenis media pengajaran cocok denga semua materi. Tetap diperlukan pemilihan media pengajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Pengajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik.termasuk media yang akan digunakan dalam proses pengajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Dalam memilih media dapat kita lakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Gunakan media yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Gunakan media yang sesuai dan selaras dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Televisi tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu.
3. Gunakan media yang praktis, luwes dan bertahan.
4. Sesuaikan media dengan situasi dan kondisi sekolah setempat.

Adapun dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologisyang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagi berikut (Arsyad, 2004 : 72) :
1. Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagipula, pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pengajaran itu.
2. Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelejensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemmapuan dan kesiapan siswa untuk belajar.
3. Tujuan Pembelajaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pengajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Disamping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pengajaran.
4. Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikanke dalam urutan-urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat lebih lamamateri pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti inidalam pengembangan dan penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik mensisntesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari.
5. Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.
6. Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan berahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk mendapatkan respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oeh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
7. Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa harus menginternalisasi informasi, tidak sekadar diberitahuakan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.
8. Umpan Balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang bersangkutan.

Namun demikian ketika memilih media perlu dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedua (waktu mengajar dan pengembanagan materi dan media), sumber-sumber yang tersedia (manusia dan material)
2. Persyaratan isi, tugas dan jenis pembelajaran.Isi pembelajaran beragam dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa, misalnya penghapalan, penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan atau penalaran dan pemikiran tingkatan yang lebih tinggi.
3. Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal, seperti membaca, mengetik, dan menggunakan komputer, dan karakteristik siswa lainnya.
4. Tingkat kesenangan (lembaga, guru, dan pelajar) dan keefektifan biaya.

Salah satu hal yang perlu kita perhatikan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya.Apabila media yang sesuai belum tersedia maka guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri.

Jika mengamati bahan-bahan grafis, gambar, dan lain-lain, yang ada disekitar kita, seperti majalah, iklan-iklan, papan informasi, kita akan menemukan banyak gagasan untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-ekemen visual yang akan ditampilkan. Tataan elemen-elemen itu harus dapat menampilkan visual yang dapat dimengerti, terang/dapat dibaca, dan dapat menarik perhatian sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunanya. Gambar-gambar dari majalah, booklit, brosur ,selebaran, dan lain-lain mungkin dapat memenuhi kebutuhan kita. Jika saat ini belum memiliki clipping gambar, sebaiknya kita mulai mengumpulkan gambar dari berbagai disiplin ilmu. Dari berbagai sumber tadi, diharapkan tersedia gambar yang sesuai dengan isi pelajaran. Dengan gabungan dari potongan dua gambar atau lebih, kebutuhan terhadap gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan dapat terpenuhi.Dan hal penting yang harus selalu diperhatikan adalah hak cipta atas gambar yang akan digunakan. Jika gambar-gambar yang akan digunakan itu memiliki hak cipta, kita perlu meminta izin kepada pemegang hak cipta itu. Gambar yang dikumpulakan dan dipilih untuk dipergunakan dalam penyampaian materi pelajaran kemudian di foto copy. Gambar-gambar itu kemudian digabung dengan label judul dengan hurup-hurup lekat (misalnya rugos). Hasilnya difoto cofy kemudian di cetak diatas fotografi dengan ukuran yang diinginkan.

Meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikaan kesenian atau melukis, kita dapat membuat gambar sederhana yang merupakan sketsa atau gambar garis (stick/figur).Gambar garis kendatipun amat sederhana, dapat menunjukan aksi atau sikap dengan dampak yang cukup baik. Dengan gambar garis kita dapat menyampaikan ceritra atau pesan-pesan penting. Disamping gambar garis dapat dibuat langsung pada papan tulis ketika berada dikelas, gambar juga dapat dipersiapkan lebih dahulu pada lembaran koran atau kertas yang sesuai.
Ketika kita akan mengajarkan mata pelajaran hadits, kisah-kisah nabi, imla Qur`an, bacaan dalam shalat, dan lain-lain dapat kita pilih media stip story (potongan-potongan kertas).
Tehnik strip story mempermahir siswa menyusun kalimat atau atau ayat-ayat menjadi satu untaian surat. Untuk mempermahir menyusun kata-kata kedalam satu kalimat dapat pula digunakan tehnik yang serupa dengan menggunakan kartu-kartu yang berisi kata-kata. Kartu-kartu kata itu disusun secara acak (tidak berurutan), dan siswa ditugaskan untuk membaca cepat kata-kata pada kartu itu dengan urutan yang benar.

C. Hasil Penggunaan Media Pengajaran di Sekolah Dasar
Ketika Proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan media, menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indra. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian siswa dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.

Belajar melalui rangsangan gambar dan rangsangan kata atau visual dan verbal memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak dari pada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan rangsangan pandang atau hanya dengan rangsangan dengar. Jika dibandingkan perolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya.
Dengan demikian hasil yang didapat dalam proses Belajar mengajar dengan menggunakan media membuahkan hasil yang efektif dibandingkan dengan proses belajar mengajar tanpa menggunakan media.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Ardiwinata, Rustan. (1973). Memahami Kurikulum Lembaga Pendidikan Dasar dan Program Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta : Ciawi Jaya.
An-Nahlawi, Abdurrahman. (1989). Prinsip-prinsip dan Metode Penddikan Islam dalam Keluarga, di sekolah dan dimasyarakat. Bandung : CV. Diponegoro.
Faisal, Sanapiah. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Fathurrohman, Pupuh. (2001). Strategi Belajar Mengajar : Suatu Pendekatan Baru dan Praktis. Bandung : Tunas Nusantara.
Mansur. (1981). Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta : CV. Forum
Online, Tim Islam. (2004). Seni Belajar : Strategi Menggapai Kesuksesan Anak. Jakarta : Khalifa.
Purwanto, M. Ngalim. (1997). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
____________. (1983). Evaluasi Hasil Belajar. Bandung : Pustaka Martianna.
Suardi, Edi. (1984). Pedagogik. Bandung : Angkasa
Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan : Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (1992). Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Usman, Uzer. (1997). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wijaya, Cece dkk. (1992). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Technorati Tags: Media pengajaran,media pembelajaran,media pengajaran di sekolah dasar

Bimbingan Belajar

A.  Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya.
Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.
Jadi, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.

Latar Belakang Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1. Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Dan kualifikasi itu, antara lain :
a. Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran.
b. Siswa yang cukup menguasai pelajaran.
c. Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
2. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Dimana klasifikasi siswa tersebut antara lain :
a. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
b. Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
c. Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
3. Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar. Dan klasifikasi siswa dalam hal ini antara lain :
a. Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan.
b. Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan.
c. Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa berdasarkan perstasinya itu antara lain :
a. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
b. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya.
c. Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi, layanan bimbingan belajar sangat diperlukan oleh semua orang yang sedang melakukan proses atau kegiatan belajar.

Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM
Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus tetap berporos pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dan seyogianya dijalankan oleh para guru, antara lain :
a. Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa
b. Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa.
c. Menempatkan siswa dengan kelompok belajar yang sesuai
d. Memberikan program belajar yang sesuai
e. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
f. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya
g. Melakukan remedial teaching

Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan Belajar
a. Prosedur Umum Layanan Bimbingan Belajar
    Suatu layanan bimbingan belajar, pada umumnya memiliki beberapa tahap dalam kegiatannya, antara lain
 1) Identifikasi Kasus
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan. Ada kalanya siswa datang langsung pada guru pembimbing untuk diberi bimbingan mengenai suatu permasalahan dalam belajar yang sedang dihadapinya. Namun, ada kalanya pula, siswa enggan untuk mendatangi guru pembimbingnya dikarenakan beberapa alasan. Maka, diperlukan suatu upaya lebih dari guru pembimbing untuk dapat memberikan bimbingan pada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan, namun enggan untuk meminta bimbingan. Dan cara yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing dalam memberikan bimbingan motivasi kepada siswa tersebut, antara lain :
      (a) Call them approach
Langkah untuk memanggil setiap siswa yang ada dan melakukan wawancara face to face, maka akan diperoleh siswa yang perlu dibimbing.
     (b) Maintan good relations
Langkah ini dikenal juga sebagai open door policy, yang mana diciptakan berbagai cara tidak langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis layanan yang akan diberikan guru pembimbing untuk membantu siswanya yang tidak hanya terbatas pada hubungan belajar-mengajar di kelas saja.
     (c) Developing a desire for conseling
Langkah ini dilakukan jika siswa tidak menyadari akan masalah belajar yang dialaminya, maka dilakukanlah cara:
1. mengadiministrasikan tes inteligensi, bakat, minat, pretest atau post test dan sebagainya.
2.mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan memperkenalkan karakteristik perbedaan individual serta implikasinya bagi cara belajar-mengajar.
3. mengadakan diskusi tentang suatu masalah tentang kesulitan belajar.
       (d) Lakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa mengenai beberapa siswa yang menunjukkan kelainan-kelainan tertentu.
       (e) Lakukan analisis sosiometris dengan memilih temantedekat di antara sesama siswa.
2) Identifikasi Masalah
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi permalsahan yang dihadapi oleh setiap siswa. Dalam konteks PBM, permasalahannya dapat dialokalisasi dan dibatasi dengan ditinjau dari tujuan proses belajar-mengajar:
(a) Secara substansial-material, hendaknya dialokalisasi pada jenis bidang studi mana saja.
(b) Secara struktural-fungsional, permasalahan itu mungkin dapat dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkat kategori belajar proses-proses mental dari delapan kategori belajar menurut Gagne.
(c) Secara behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
(d) Mungkin terletak pada salah satu atau beberapa aspek kepribadian siswa.
3) Diagnosis
Dalam konteks PBM, kemungkinan faktor penyebab permasalahan yaitu terletak pada :
(a) raw input
(b) instrumental input
(c) enviromental input
(d) tujuan pendidikan
Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kemungkinan faktor penyebab permasalahan di atas, antara lain:
(a) Untuk mendeteksi raw input, perlu diadakan tes psikologi, skala penilaian sikap, wawancara bimbingan dengan yang bersangkutan, inventory, dan sebagainya.
(b) Untuk mendeteksi instrumental input, perlu dilakukan review terhadap komponen-komponen sistem instruksional yang bersangkutan dengan diadakan wawancara dan studi dokumeneter.
(c) Untuk mendeteksi enviromental input, perlu dilakukan observasi dengan analisis anecdotal records, kunjungan rumah, wawancara dengan yang bersangkutan.
(d) Untuk mendeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional, wawancara, dan studi dokumenter.
4) Mengadakan Prognosis
Langkah ini dilakukan setelah beberapa langkah sebelumnya telah dilakukan, dan memberikan hasil. Selanjutnya, dapat diperkirakan tentang cara mana yang mungkin dilakukan. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini seyogianya tidak dilakukan secara tergesa-gesa, dan sebaiknya melalui serangkaian konferensi kasus.
5) Melakukan Tindakan Remedial atau Membuat Referral (Rujukan)
Jika jenis permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan lingkungan belajar-mengajar dan guru masih sanggup mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan remedial. Namun, jika permasalahannya sudah menyangkut aspek lain yang lebih luas lagi, maka seorang guru perlu segera melakukan referral pada ahli yang kompeten di bidangnya.
6) Evaluasi dan Follow Up
Langkah apapun yang telah ditempuh oleh seorang guru, langkah evaluasi atas usaha pemecahan masalah tersebut seyogianya dilakukan.

b. Strategi Layanan Bimbingan Belajar
Ada dua cara pendekatan dalam menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu :
1. Berdasarkan jenis dan sifat kasus yang dihadapinya
Sesuai dengan sifat permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan kepada siswa sebagai individual dan dapat pula diberikan kepada individu dalam kelompok.
o Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan bila :
(1) Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama.
(2) Terdapat masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya hubungan dengan orang lain.
Layanan bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Formal, seperti : diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama, dan sebagainya.
b. Informal, seperti : rekreasi, karyawisata, student self government, pesta olah raga, pentas seni, dan sebagainya.
o Layanan bimbingan individual
Layanan ini dapat digunakan jika permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlukan beberapa proses yang mana dapat dilakukan oleh guru atau ahli psikolog. Mungkin juga orangtua yang bersangkutan yang akan melakukannya.
2. Berdasarkan Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Mathewson mengidentifikasi tiga strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai berikut
a) The strategy guidence thoughout the classroom
Dalam strategi bimbingan melalui kelas ini, ada slogan yang berbunyi “Every teacher is a guidance worker”, yang artinya bahwa setiap guru adalah petugas bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat selalu terlaksana.
b) The strategy of guidance throughout supplementary services
Dalam strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer ini dapat dilakukan oleh petugas khusus yang ditujukan guna mengatasi masalah pokok secara terpilih. Strategi ini merupakan pola layanan bimbingan pendidikan dan vokasional.
c) The strategy of guidance as a comprehensive process trhoughtout the whole curriculum and community
Dalam strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat inimelibatkan semua komponen personalia sekolah, siswa, orangtua, dan wakil-wakil masyarakat. Strategi ini memerlukan fasilitas yang lebih lengkap dan menuntut terciptanya suatu kerja sama yang harmonis di antara semua komponen yang terlibat.
Sistem dan Teknik Layanan Bimbingan
a. Beberapa Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan
Dalam buku berjudul Counseling and Psychotherapy, Rogers mengemukakan dua pendekatan layanan bimbingan, yaitu:
1) Pendekatan Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang mana yang menjadi pusatnya yaitu konselor, bukan klien.
Dalam pendekatan ini, Wiliamson mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri, sukar memecahkan masalah yang dihadapinya tanpa bantuan pihak lain.
o Anak yang berkesulitan, walaupun telah diberi arahan untuk melakukan sesuatu agar dapat mengatasi masalahnya, tetap saja tidak berani melakukannya.
o Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan orang lain.
2) Pendekatan Non-Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang mana yang menjadi pusatnya yaitu klien, bukan konselor.
Dalam pendekatan ini, Cart Rogers mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Tiap individu mempunyai kemampuan yang besar untuk menyesuaikan diri serta mempunyai dorongan yang kuat untuk berdiri sendiri.
o Pembimbing hanya sebagai pengantar dan membantu klien dalam menciptakan suasana damai.
3) Pendekatan Eclective
Dalam pendekatan ini, FP Robinson mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o Masalah dan situasi penyuluh selalu berbeda yang tak terbatas pada satu bidang kehiudpan.
o Langkah-langkah pembimbing harus selalu disesuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi bimbingan.
b. Teknik Layanan Bimbingan Belajar
Ada beberapa teknik layanan bimbingan yang dapat dilakukan oleh seorang guru pembimbing, yaitu antara lain:
1) Menghimpun data dan informasi mengenai individu yang bersangkutan.
2) Menciptakan hubungan yang baik dengan klien serta memberikan informasi yang meyakinkan dan memberikan pilihan rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya.

Template by:

Free Blog Templates