Selasa, 22 Februari 2011

Guru dan Profesi

A. Pengantar
Pendidik adalah profesi, pendidik profesional adalah pendidik yang memiliki dedikasi tinggi dalam pendidikan, tanpa dedikasi tinggi maka kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas, maka dapat ditemukan beberapa komponen untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang dapat dinyatakan sebagai struktur dasar dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini terkait dengan pendidik sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik yang kedudukannya dapat saja dipisahkan, akan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mencapai cita-citanya. Seperti tertuang pada hadis Nabi Khairunnaas anfa’uhum linnaas artinya sebaik baik manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain[1].
Menurut Zakiah Darajat (1992), tidak semua orang dapat melakukan tugas pendidik, tetapi orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan diantaranya : bertakwa, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik[2].





B. Komponen-komponen Kegiatan Belajar Mengajar
1. Prosedur Didaktik
Istilah prosedur didaktik menunjuk pada kegiatan-kegiatan tenaga pendidik dalam mengelola kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Banyak literatur  menggunakan istilah “teaching strategi”, “technique”, “method”, dan lain lain. Istilah prosedur didaktik dapat diartikan sebagai perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan oleh tenaga pendidik, yang menyangkut penyajian materi pelajaran, agar siswa dapat mencapai tujuan instruksional tertentu atau dengan cara seefektif mungkin. Tindakan ini dapat ditentukan dalam rangka persiapan pendidikan. Pelaksanaannya saat interaksi antara pendidik dan peserta didik di dalam kelas atau di luar kelas.
Prosedur-prosedur didaktik dapat digolongkan menurut tiga pola, yaitu :
1) Pola Narasi (pengisahan), materi pelajaran disajikan oleh pendidik  dan penyajiannya dipimpin oleh pendidik.
2) Pola Perundingan Bersama,  materi pelajaran dibentuk oleh pendidik bersama siswa, pimpinan dapat dipegang oleh pendidik atau siswa.
3) Pola Pemberian Tugas, siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan materi pelajaran, dimana tugas diberikan oleh pendidik.
Khusus untuk pola 2 dan 3, dapat dibentuk kelompok agar terjadi interaksi antara tenaga pendidik dan kelompok siswa atau interaksi antar kelompok.

2. Media Pendidikan
Menurut E. De Corte media pendidikan dapat diartikan sebagai sarana nonpersonal yang digunakan atau disajikan oleh tenaga pendidik yang memegang peranan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan instruksional.
Dalam beberapa pandangan hal-hal yang berhubungan dengan media pendidikan ini dikaitkan dengan teknologi pendidikan, yang pembahasannya meliputi :
a. Penggunaan perangkat elektro mekanis dalam pendidikan, misalnya OHP, VCD, dan LCD Proyektor.
b. Pendidikan melalui media elektro mekanis, misalnya teaching machine  menurut model Skinner dan komputer.
c. Model Pendidikan atau teori pendidikan, dengan menerapkan data hasil penelitian dalam berbagai cabang Psikologi dan mengembangkannya sehingga dapat disebut pendekatan system.
d. Studi ilmiah mengenai penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar (educational technology).

3. Pengelompokan siswa
Dalam kegiatan belajar-mengajar, memungkinkan kerjasama antara pendidik dan kelompok siswa atau antara kelompok siswa yang satu dengan kelompok siswa lainnya. Jika dalam kelas dibagi atas beberapa kelompok yang bekerjasama di dalam atau di luar kelas, maka dapat diikuti tiga pola berikut :
a. Pola bekerja paralel, masing-masing kelompok diberi materi pelajaran atau bahasan yang sama, semua kelompok merundingkan topik yang sama atau mengerjakan hal yang sama. Hasil kajian materi bahasan diberikan dan dibandingkan satu sama lain, selanjutnya ditarik kesimpulan dalam sidang pleno.
b. Pola bekerja komplementer, masing-masing kelompok mendapat tugas yang berbeda, tetapi masing-masing topic merupakan bagian dari keseluruhan mata pelajaran. Melalui laporan yang diberikan masing-masing kelompok, siswa dari kelompok lain juga mendapat materi yang disajikan.
c. Pola campuran paralel dan komplementer, dua kelompok atau lebih mendapat tugas yang sama dan dua kelompok lain atau lebih mendapat tugas lainnya yang berbeda, dan kedua tugas tersebut dapat dikaitkan.

4. Materi Pelajaran
Materi pelajaran (subject matter) harus dibedakan dari isi (content) dalam tujuan instruksional khusus. Materi pelajaran adalah sarana yang digunakan dalam tujuan instruksional, bersama dengan prosedur didaktik dan media pendidikan, materi pelajaran dapat membawa siswa kedalam tujuan instruksional. Materi pelajaran dapat  berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah, persolan, gambar, audio video, dan lain-lainnya.
Misalnya, dalam tujuan instruksional khusus, siswa harus mampu menjelaskan keunggulan dari struktur bangunan candi Borobudur, dengan membuat  gambar dan uraian tertulis sebanyak satu halaman folio.
Dengan demikian jelas, bahwa kriteria pemilihan materi pelajaran berkaitan erat dengan tujuan instruksional, keadaan awal yang aktual dan komponen-komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar. Perlu dipilih materi pelajaran yang paling sesuai, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif, sehingga membantu untuk mencapai tujuan  intruksional seefesien dan seefektif mungkin.






C. Penutup
Kegiatan kegiatan belajar mengajar harus ada interaksi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, sehingga tidak dapat dipisahkan begitu saja, karena keduanya saling membutuhkan, hal ini harus terwujud pendidik yang berkepribadian kuat, sehingga profesionalisme pendidik terbentuk dan diperoleh peserta didik yang berkompeten, karena mampu mengembangkan wawasan-wawasan baru, terkait dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik dan peserta didik secara bersama-sama harus memahami dan berusaha untuk mampu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, karena banyak tuntutan bagi peningkatan mutu pendidikan, penanggulangan kenakalan remaja, dan kelambanan sekolah dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lapangan pekerjaan. Tuntutan itu ditimpakan ke pundak sekolah dengan para pendidik didalamnya. Permasalahan pendidikan bila mau jujur bukanlah sekedar persoalan belajar mengajar atau didik mendidik semata, namun merupakan rangkaian sebuah manajerial dalam sebuah sistem yang memerlukan sederetan jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi khasanah pembelajaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates