Selasa, 22 Februari 2011

Psychology Education: Pengertian Lupa dan Kejenuhan


            Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
1.      Faktor-faktor Penyebab Lupa
a.       Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Gangguan konflik ini terbagi menjadi dua yaitu:
·        Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. (Psychology Education, 2002)
·        Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Jadi materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut lupa. (Psychology Education, 2002)
b.      Lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
c.       Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990). Jika siswa belajar hanya dengan mengenal melalui keterangan atau gambar saja, maka jika siswa menemui yang telah dipelajarinya, mereka akan lupa.
d.      Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, jika siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, karena hanya tidak suka dengan gurunya maka materi pelajarannya akan terlupakan.
e.       Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa (Hilgard & Bower 1975)
f.        Lupa tentu saja dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak.

2.      Kiat Mengurangi Lupa
Menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), kiat untuk mengurangi lupa yaitu :
a.       Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Ini terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan
b.      Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
c.       Mnemonic device (muslihat memori) berarti kiat khusus yang diterjadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
d.      Clustering (pengelompokan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Misalnya daftar I mengelompokkan daftar nama-nama negara, daftar II singkatan lembaga negara, dan daftar III singkatan nama-nama lembaga internasional.
e.       Distributed practive (latihan terbagi) adalah latihan terkumpul yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming, yakni belajar banyak meteri secara tergesa-gesa dalam waktu yan singkat.
f.        The serial position effect (pengaruh letak bersambung) untuk memperoleh efek yang positif siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dsb) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.

3.      Kejenuhan Belajar
Kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jadi kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber 1988). Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu :
a.       Siswa yang telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972).
b.      Kejenuhan dapat juga terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (borring) dan keletihan (fatigue).
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psycology of Learning, keletihan siswa dapat diketegorikan menjadi : 1) keletihan indra siswa, 2) keletihan fisik siswa, 3) keletihan mental siswa. Keletihan indra dan fisik siswa dapat dihilangkan dengan mudah dengan beristirahat dengan cukup. Tetapi keletihan mental tidak mudah mengatasinya. (Cross, The Psycology of Learning, 1974)
Kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang menyebabkan kejenuhan belajar, yaitu :
a.       Melakukan istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
b.      Pengubahan atau penjadwalan kembal jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
c.       Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa
d.      Memberikan motivasi dan stimulus baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.


                                                                                         

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates